Profil Desa Prawatan
Ketahui informasi secara rinci Desa Prawatan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Prawatan di Jogonalan, Klaten, merupakan simbol transformasi inspiratif yang berhasil mengubah gunungan sampah menjadi Taman Ceria, sebuah ruang publik edukatif. Didukung oleh denyut nadi ekonomi dari Pasar Pagi, desa ini menjadi teladan dalam inovas
-
Inovasi Pengelolaan Lingkungan
Prawatan secara fenomenal berhasil mengatasi masalah lingkungan kronis dengan mengubah tempat pembuangan sampah ilegal seluas ribuan meter menjadi Taman Ceria, sebuah ruang terbuka hijau yang produktif.
-
Pusat Ekonomi Lokal yang Dinamis
Keberadaan Pasar Pagi yang ramai menjadikan Desa Prawatan sebagai hub ekonomi penting di sekitarnya, menyediakan platform bagi ratusan pedagang lokal dan menjadi pusat aktivitas warga.
-
Kisah Transformasi Inspiratif
Sejalan dengan makna namanya ("merawat"), desa ini mewujudkan filosofi kepedulian melalui aksi nyata, mengubah masalah menjadi solusi dan menginspirasi banyak pihak tentang kekuatan kepemimpinan dan gotong royong.
Di Desa Prawatan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, terhampar sebuah bukti nyata bahwa kemauan kolektif mampu mengubah masalah paling pelik menjadi sebuah sumber kebanggaan. Selama bertahun-tahun, desa ini hidup di bawah bayang-bayang gunungan sampah ilegal yang tidak hanya merusak pemandangan, tetapi juga mengancam kesehatan lingkungan. Namun melalui sebuah inisiatif yang visioner dan penuh determinasi, desa ini berhasil menulis ulang takdirnya. Bukit sampah yang dulu menjadi luka kini telah bertransformasi menjadi Taman Ceria, sebuah ruang publik yang indah dan bermanfaat. Kisah Prawatan bukan sekadar proyek pembangunan fisik; ini merupakan narasi inspiratif tentang kepemimpinan, gotong royong dan perwujudan filosofi "merawat" dalam arti yang sesungguhnya. Didukung oleh denyut ekonomi dari pasar pagi yang tak pernah sepi, Prawatan kini berdiri sebagai teladan cemerlang dalam inovasi pengelolaan lingkungan di tingkat desa.
Geografi dan Konteks Kewilayahan
Desa Prawatan secara administratif terletak di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah desa ini tercatat seluas 134,8 hektare atau sekitar 1,35 kilometer persegi. Sebagian besar wilayahnya merupakan lahan pertanian dan pemukiman yang padat. Lokasinya terbilang strategis, karena berada tidak jauh dari jalan raya utama yang menjadi akses penghubung antar wilayah di Klaten, sebuah faktor yang turut mendukung keramaian pusat kegiatan ekonominya.Secara kewilayahan, Desa Prawatan berbatasan langsung dengan beberapa desa dan kelurahan lain. Di sebelah utara, wilayahnya berbatasan dengan wilayah Kecamatan Klaten Utara. Di sisi timur, desa ini bersebelahan dengan Desa Joton. Sementara itu, batas selatan Desa Prawatan ialah Desa Ngering, yang dikenal sebagai sentra lurik, dan di sebelah barat kembali berbatasan dengan wilayah Kecamatan Klaten Utara. Posisinya yang berdekatan dengan pusat perekonomian dan kerajinan menciptakan sebuah lingkungan yang dinamis.Berdasarkan data kependudukan per Oktober 2025, Desa Prawatan dihuni oleh sekitar 4.200 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, maka tingkat kepadatan penduduknya mencapai angka 3.115 jiwa per kilometer persegi, menjadikannya salah satu desa terpadat di Kecamatan Jogonalan dan mencerminkan fungsinya sebagai pusat aktivitas ekonomi dan pemukiman.
Dari "Merawat" ke Aksi Nyata: Sejarah dan Filosofi Desa
Nama "Prawatan" diyakini berasal dari kata dasar dalam bahasa Jawa, rawat, yang berarti merawat, memelihara, atau mengasuh. Asal-usul nama ini kemungkinan besar terkait dengan sejarah masa lalu desa sebagai tempat di mana terdapat seorang tokoh penyembuh atau sebuah lokasi yang berfungsi sebagai tempat perawatan bagi orang sakit. Filosofi "merawat" ini seakan tertanam dalam DNA sosial masyarakatnya dan menemukan relevansinya kembali di era modern.Selama lebih dari dua dekade, sebagian lahan kas desa di Prawatan terabaikan dan berubah menjadi tempat pembuangan sampah liar (TPS) bagi warga dari berbagai daerah. Lahan seluas kurang lebih 3.000 meter persegi tersebut perlahan menjelma menjadi bukit sampah yang menggunung, menimbulkan bau tidak sedap, mencemari air tanah, dan menjadi sumber penyakit. Kondisi ini merupakan ironi yang menyakitkan bagi desa yang namanya berarti "perawatan". Namun, di bawah kepemimpinan kepala desa yang visioner, Surono, filosofi "merawat" itu dibangkitkan kembali. Pemerintah desa memutuskan untuk tidak lagi hanya mengeluh, tetapi mengambil tindakan nyata untuk "merawat" kembali lingkungannya yang terluka.
Transformasi Inspiratif: Dari Gunung Sampah Menjadi Taman Ceria
Proyek transformasi lahan sampah menjadi Taman Ceria dimulai sekitar tahun 2019 sebagai sebuah gerakan monumental. Langkah pertama yang dilakukan ialah menghentikan total aktivitas pembuangan sampah dan melakukan sosialisasi masif kepada masyarakat. Dengan dukungan penuh dari warga dan alokasi dana desa, proses pembersihan dan penataan lahan pun dimulai. Ratusan ton sampah diangkut dan dipindahkan, sebuah pekerjaan raksasa yang membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit.Setelah lahan bersih, pemerintah desa bersama masyarakat mulai membangun sebuah ruang publik impian. Area tersebut diubah menjadi taman yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti area bermain anak, jalur lari (jogging track), gazebo untuk bersantai, serta spot-spot foto menarik dengan latar belakang mural yang penuh warna. Nama "Taman Ceria" dipilih untuk merefleksikan suasana baru yang ingin diciptakan: sebuah tempat yang membawa kegembiraan bagi semua kalangan, terutama anak-anak.Kini, Taman Ceria telah menjadi ikon baru Desa Prawatan. Setiap pagi dan sore, taman ini ramai dikunjungi oleh warga yang berolahraga, anak-anak yang bermain, dan keluarga yang sekadar bersantai. Keberadaannya tidak hanya berhasil menghilangkan masalah lingkungan, tetapi juga telah meningkatkan indeks kebahagiaan dan kualitas kesehatan masyarakat. Lebih dari itu, taman ini juga berfungsi sebagai pusat edukasi lingkungan, menjadi pengingat nyata bagi generasi sekarang dan mendatang tentang betapa pentingnya merawat dan menjaga kebersihan lingkungan.
Pasar Pagi sebagai Denyut Nadi Ekonomi Lokal
Di samping inovasi lingkungan melalui Taman Ceria, kekuatan ekonomi Desa Prawatan juga ditopang oleh sebuah pilar yang lebih tradisional namun tak kalah penting: Pasar Pagi Prawatan. Pasar ini merupakan pusat perbelanjaan utama bagi warga Prawatan dan desa-desa di sekitarnya. Setiap pagi, pasar ini berdenyut dengan aktivitas jual beli yang ramai, mulai dari pedagang sayur-mayur, buah-buahan, lauk-pauk, jajanan pasar, hingga pakaian dan kebutuhan rumah tangga lainnya.Keberadaan Pasar Pagi ini memberikan dampak ekonomi yang sangat signifikan. Pertama, ia menjadi sumber pendapatan utama bagi ratusan keluarga di Prawatan yang berprofesi sebagai pedagang. Kedua, pasar ini menciptakan efek ganda ekonomi dengan menyerap produk-produk pertanian dari petani lokal dan menyediakan kebutuhan pokok bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau. Ketiga, pasar ini berfungsi sebagai ruang sosial tempat warga berinteraksi, bertukar informasi, dan mempererat ikatan komunitas.Kombinasi antara ikon modern "Taman Ceria" dan pusat ekonomi tradisional "Pasar Pagi" menciptakan sebuah model pembangunan desa yang seimbang. Desa Prawatan menunjukkan kemampuannya untuk berinovasi mengatasi masalah kontemporer sambil terus merawat dan memperkuat aset ekonomi yang telah lama menjadi andalan warganya.
